MASYARAKAT KECEWA
TERHADAP PORDASI
BUKITTINGGI, Investigasi News—Kondisi Gelanggang Pacuan Kuda Bukit Ambacang, yang terletak dibatas Kota Bukittinggi dan Kab. Agam ini jika diperhatikan sungguh sangat memprihatinkan, kondisi ini dikeluhkan warga dan Niniak Mamak kedua nagari (Gadut dan Kurai) ketika berkumpul disalah satu warung kopi yang berada di pinggir Gelanggang pada wartawan Koran Investigasi News beberapa waktu lalu.
Sebut saja J St Rajo Mudo dan E St Mangkudun sebagai perwakilan kedua nagari yang memberikan keterangannya pada Wartawan Koran ini, telah menyebutkan kekecewaan mereka terhadap PORDASI Bukittinggi dan Agam dalam mengelola Gelanggang itu. “Kami selaku warga Gadut dan Kurai sangat menyayangkan Gelanggang Pacuan Kuda yang sempat harum namanya ditingkat propinsi Sumbar dan bahkan Nasional mengalami kondisi seperti ini, “sebutnya.
Menurut mereka, kekecewaan itu berdasarkan tidak becusnya PORDASI dalam memelihara asset yang ada, seperti; kondisi bangunan Tribone yang tidak beraturan, lapangan yang disana-sini banyak kotoran kuda karena dipakai latihan setiap harinya, hingga pengelolaan kandang yang tidak jelas administrasinya. “Dulu sebelum pengelolaan Gelanggang ini pindah tangan ke PORDASI, para Niniak Mamak kedua nagarilah (gadut dan Kurai) yang mengelola sehingga pengelolaan secara bersama itu membuat Gelanggang pacuan ini indah, “katanya.
Menurut mereka, fungsi Rumah Bulek (Rumah Bulat di tengah Gelanggang) merupakan tempat Rapat Niniak Mamak dalam menentukan kapan Pacuan akan dimulai serta pembentukan Panitia Pelaksanaan Alek Pacu. “Satu bulan menjelang Pacuan Kuda direncanakan, rapat itu dilakukan yang dihadiri para Niniak Mamak kedua nagari dan segenap unsur nagari dalam membentuk Panitia dan agenda Pelatihan Kuda. Disanalah awal dari kegiatan tersebut, dimana jadwal Pelatihan Kuda Pacu ditetapkan, serta kapan pengukuran kuda dilakukan, “paparnya.
Selanjutnya, tambah mereka, 2 hari setelah Pacuan Kuda dilakukan, kandang yang tersedia musti dikosongkan, namun yang terjadi saat ini kandang yang ada justru dimanfaatkan secara pribadi bagi pemilik kuda. Dulu, ada Petugas kandang yang ditunjuk oleh Niniak Mamak agar menjaga kandang tetap bersih, dan mereka digaji malalui uang adat hasil alek yang dilakukan. Dan bahkan uang hasil Alek Pacuan itu, juga dapat digunakan untuk pemeliharaan Galanggang beserta asset lainnya.
“Disamping dana yang juga dianggarkan dari kedua belah pemerintah daerah, sehingga penataan Gelanggang pada waktu itu sangat rapi. Karena sebelum jadwal Pacuan ditentukan, Gelanggang tidak boleh dimasuki Kuda. Namun sekarang yang terjadi justru terbalik, kuda dilatih setiap hari, sehingga bentuk Gelanggang Pacu saat ini sangat Amburadul, ditambah lagi kepedulian PORDASI selaku pengelola tidak ada, “urainya.
Jadi, kata mereka, intinya mereka sangat menyayangkan, Gelanggang Pacuan Bukit Ambacang sebagai Gelanggang Tradisional yang telah menjadi Asset Nagari Gadut dan Kurai selama ini disia-siakan begitu saja oleh PORDASI. “Kami berharap, agar PORDASI segera melakukan pembenahan pada Asset yang ada di Gelanggang ini dan jangan sampai Gelanggang ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu sebagai kepentingan pribadi mereka. Karena bagaimanapun, Gelanggang ini masih kepunyaan kita bersama, jadi tolong peliharalah dengan baik, “pungkasnya.
Ketua Pengcab PORDASI Agam/ Bukittinggi, Yontrimansyah kepada wartawan mengatakan, persoalan pemeliharaan seluruh Asset yang ada pada Gelanggang Pacuan Kuda Bukit Ambacang bukanlah kewenangan PORDASI. “Kewenangan kita hanya sebatas melaksanakan pertandingan, “tegasnya. Menurut dia, persoalan tudingan dari masyarakat kepada PORDASI itu tidaklah beralasan, kenapa begitu, sebab menurut dia PORDASI hingga saat ini belum menerima bentuk apapun dari Niniak Mamak kedua nagari terhadap Asset yang ada di Gelanggang tersebut.
“Gelanggang Bukit Ambacang hingga saat ini masih dimiliki Nagari Gadut dan Nagari Kurai, sedangkan PORDASI hanya menjadikan Gelanggang sebagai Arena Pacu. Jadi bagaimana mungkin kita bisa melakukan pemeliharaan Asset, dari mana uangnya kita keluarkan? Sedangkan setiap melakukan Alek Pacu Kuda, kita selalu melibatkan Niniak Mamak kedua belah pihak, “ungkap Yotrimansyah.
Justru, lanjutnya, kita tetap mengeluarkan Uang Adat, walau jumlahnya tidak sesuai dengan Aturan Adat, namun itu semua-kan datangnya dari dana acara, tanpa ada bantuan pemerintah. Tapi, tambahnya, jika para Niniak Mamak mau menyerahkan gelanggang tersebut, oke..,, kita jamin gelanggang itu rapi dan bersih. Tapi kalau belum ada penyerahan, bagaimana kita mencarikan dananya? Jika kita keluarkan dari dana pemda, secara aturan tentu tidak bisa, disebabkan Assetnya belum dikuasakan pada PORDASI.
Sedangkan disaat acara saja kita sudah kocar kacir mencarikan dana perbaikan Gelanggang dan acara. “Jadi menurut saya, jika Niniak Mamak kedua Nagari ingin melihat gelanggang kita indah, mari kita duduk bersama, jangan hanya melontarkan kata-kata dibelakang. Itu bukanlah jalan penyelesaian, atau Niniak Mamak kelola saja kembali gelanggang tersebut, “keluhnya.
Mengenai kandang, dirinya mengatakan, hingga saat inipun PORDASI tidak pernah menarik sewa dari pemungsian kandang, karena lagi-lagi kandang juga bagian dari Asset Gelanggang. “PORDASI tidak pernah menyewakan kandang dan bahkan banyaknya kuda yang berkeliaran di Gelanggang itu juga bukan kewenangan PORDASI. Yang ada semua itu dilakukan secara pribadi bagi yang mengaku Kemenakan Niniak Mamak terkait. Itu pernah kami telusuri, jadi sebenarnya dimana letak kewenangannya PORDASI dalam memelihara Asset…?, “keluhnya.
Yontrimansyah juga meminta, jika memang para Niniak Mamak selaku pemilik Asset mau menyelesaikan persoalan yang ada di Gelanggang saat ini, panggil saja kami di PORDASI dan mari kita benahi bersama. “Kami tentunya yang tahu hal yang tertulis, karena bisa dipertanggungjawabkan nantinya. Jika memang para Niniak Mamak kedua nagari mau mempercayakan pengelolaan Asset di Gelanggang Bukit Ambacang kepada PORDASI, berikanlan Asset tersebut secara tertulis dan tentu amanat tersebut akan kami junjung tinggi, “pungkasnya. (JHON)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar