GEMERLAP HUT KE 31 PENCANANGAN SEBAGAI KOTA WISATA
Dimulai sejak tanggal 28 February 2015 hingga sekarang, Kota Bukittinggi disibukkan berbagai gelaran acara, guna memeriahkan hari jadinya ke-31 tahun, Pencanangan Bukittinggi sebagai Kota Wisata. Acara HUT kali ini bertema, “Kita Tingkatkan Citra Pariwisata Melalui Sapta Pesona Berbasiskan Masyarakat”, puncaknya dilakukan melalui Resepsi Malam Syukuran, dihadiri semua unsur pemerintahan, pihak swasta dan Masyarakat se-Kota Bukittinggi.
BUKITTINGGI, Investigasi News — Kepala Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Bukittinggi, Drs Melfi Abra M.Si pada Investigasi News menjelaskan maksud dari Tema peringatan HUT ke-31 Pencanangan Bukittinggi sebagai Kota Wisata itu adalah; selalu ingin memelihara Citra Pariwisata di Kota Bukittinggi, agar tetap baik, bahkan meningkat, mengingat persaingan kepariwisataan semakin ketat antar daerah, antar regional, bahkan Internasional.
“Dengan adanya kebijakan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang akan diberlakukan akhir tahun 2015 ini, maka dunia Pariwisata di Kota Bukittinggi, mau tak mau juga harus siap akan segala konsekwensi dari bebasnya arus lalu-lintas barang, jasa dan sumberdaya ketenagaan, “sebutnya.
Pada kesempatan malam resepsi tanggal 11 Maret Malam di Auditorium Perpustakaan Proklamator Bung Hatta, Melfi Abra juga mengatakan, seluruh rangkaian acara, filosopi serta atas dasar apa HUT ke 31 Bukittinggi sebagai Kota Wisata tersebut diperingati kali pertama, ketika telah berusia 31 tahun? “Sebelumnya, selama 30 tahun telah terjadi peralihan 3 generasi dimana sepuluh tahun pertama, pemahaman masyarakat dan aparat terhadap Bukittinggi Sebagai Pariwisata masih euphoria, “ungkap dia.
Semua kegiatan menyangkut Pariwisata, Pembangunan dan Kemasyarakatan menurutnya, dipahami hampir tak ada deviasi. “Namun 10 tahun kedua, mulai agak memudar, karena dianggap kegiatan dan kehidupan rutinitas, telah mulai berjalan sendiri-sendiri dengan arah sendiri-sendiri. Baik pelaku Pariwisata, Masyarakat dan Aparatur, “tukuk dia. Maka, jelas Melfi disepuluh tahun kedua tersebut, diformat ulang melalui kegiatan PEDATI (Pameran Seni Dagang dan Industri) berlangsung setiap tahun mulai tahun 2001 hingga tahun 2011.
Dikatakan, disepuluh tahun ketiga, diperlukan kembali evaluasi, bagaimana menata ulang pengelolaan Pariwisata kedepan, seiring dengan perkembangan teknologi informasi, persaingan usaha jasa, dan menghadapi perekonomian global yang sudah merobah wajah dan sistem dunia. “Sistem Promosi Wisata kita, jelas juga perlu ditata ulang harus menyesuaikan dengan keadaan perkembangan tekhnologi, melalui jejaring promosi media massa, internet dan sarana gadget yang sedang mewabah lewat alat perangkat elektronik smart seperti kita ketahui saat ini, “sebutnya.
Selanjutnya, dalam menghadapi hal-hal global itu, masyarakat harus dilibatkan dan diberikan pemahaman visi yang sama terhadap pengembangan Kepariwisataan di Bukittinggi. “Karena itu, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mulai tahun 2014 silam, telah memulainya dengan melakukan pendekatan pengembangan kepariwisataan yang berorientasi kepada Pariwisata berbasis masyarakat (community base tourism), “ungkapnya.
Ini artinya, kata Melfi Abra, setiap tahapan pengelolaan Pariwisata harus difahami oleh semua stakeholder, termasuk masyarakat bahwa kita hidup di Kota Pariwisata yang secara tidak langsung Pariwisata bagian dari kehidupan perekonomian dan sosial kita. “Maka marilah kita menjadi tuan rumah dan pelaku Wisata yang mempunyai landasan berfikir yang diuraikan dalam operasional berbidak SAPTA PESONA, “papar dia.
Senada diuraikan Walikota Bukittinggi, H. Ismet Amzis, SH, memang basis utama Kepariwisataan di Bukittinggi itu, bermula dari kearifan lokal, budaya, keramah-tamahan masyakat. “Kalau tanpa itu semua, mustahil Kota Bukittinggi selalu dikunjungi para Wisatawan, baik itu Wisatawan lokal, maupun Mancanegara, “ungkap orang nomor satu di kota itu.
Menurut Ismet, selain bentuk karakteristik masyarakatnya yang memang menyadari betul kota mereka merupakan kota kunjungan Wisatawan, Bukittinggi merupakan “Maha Karya Terindah” ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa. “Saya pernah membaca sebuah Sya’ir mengatakan; Allah menciptakan Kota Bukittinggi ini sambil tersenyum, saya rasa itu benar adanya, “ulas dia.
Karena, semua yang ada di Kota Bukittinggi, memang terlihat indah sebagaimana keasriannya, tanpa ada yang perlu dipoles. “Kita lihat saja, jika kita berkeliling kota, semuanya ibarat sebuah lukisan, memang telah terbentuk sebegitunya, sehingga bukan hanya objek wisatanya saja menarik, namun seluruh kota merupakan Pariwisata asli dan dapat dinikmati siapapun yang berkunjung, walau hanya sekedar singgah ke kota ini, maupun telah menjadi tujuan mereka, “terangnya.
Ismet menyebutkan, belakangan disamping luas wilayah Bukittinggi yang masih segitu-gitu saja, tidak sesuai lagi dengan populasi paenduduk yang kian hari kian bertambah, sehingga berdampak pada sistim pelayanan publik bagi para Wisatawan. Ini telah difikirkan Pemerintah, sehingga saat ini, dirinya mengaku guna memperbaiki pelayanan tersebut Bukittinggi telah memiliki Fly Over (Jembatan Layang) dibilangan pusat perdagangan Aur Kuning dan telah mengurai kemacetan parah selama ini.
“Alhamdulillah, setelah lebih dua tahun kita berjuang, akhirnya upaya kita membuat kenyamanan bagi pengunjung para Wisatawan Niaga ke Kota Bukittinggi, telah terwujud dengan terealisasinya pembangunan Fly Over pada lintas By Pass, pasar grosir Aur Kuning, “katanya.
Ini menurutnya, sangat berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat Kota Bukittinggi, karena Pasar Aur Kuning itu merupakan bagian dari Wisata Niaga di Kota Bukittinggi. Disisi lain, Ismet juga mengatakan, sistim pelayanan publik yang diakuinya lemah dalam melayani para Wisatawan yang berkunjung ke Kota Bukittinggi selama ini yaitu, perparkiran. (JHON)