Senin, 04 Mei 2015

Posdaya Tersenyum Terbaik, Sejahtera Dan Nyaman Untuk Masyarakat


AROSUKA, Investigasi News—Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) merupakan sebuah forum pemberdayaan keluarga dengan keanggotaan diharapkan dari semua keluarga disuatu wilayah tertentu, seperti; jorong maupun nagari. Keanggotaannya bersifat sukarela dan tidak terkait dengan partai politik, agama atau suku tertentu, ungkap Ny. Erlinda Syamsu Rahim, Ketua TP-PKK Kab. Solok di Arosuka.

Posdaya bisa bersifat organisasi atau perorangan sehingga Posdaya bisa dimanfaatkan untuk forum silaturahmi antar organisasi, keanggotaan berakar di jorong ataupun nagari-nagari. Kebebasan sebagai anggota memungkinkan seseorang atau sebuah keluarga bisa masuk dan keluar dari Posdaya sesuai keinginan masing-masing. “Namun sebuah keluarga, diharapkan menjadi anggota Posdaya demi menjaga persatuan dan kesatuan dalam komunitasnya, “kata Ny. Erlinda Syamsu Rahim.

Dikatakannya, Posdaya sebaiknya mempunyai keanggotaan berbasis wilayah sehingga bisa mudah bertemu, mengadakan pertemuan antar anggota untuk merumuskan dan melaksanakan kegiatan yang dibangun anggota dalam wilayahnya. Sebagai suatu forum, pengurus dan anggota Posdaya mengembangkan keanggotaan dari kelompok-kelompok pembangunan lainnya, sehingga terbuka bagi siapa saja, seperti; aktifis, tapi Posdaya bisa juga diurus warga yang tidak mewakili kelompok-kelompok organisasi yang sudah ada.

Pemilihan seseorang sebagai anggota atau pengurus Posdaya seamata-mata, karena kepercayaan anggota melalui musyawarah dan mufakat. Anggota Posdaya, papar, Ny. Erlinda, tidak diwajibkan membayar iuran, tetapi pengurus, melalui kesepakatan bersama bisa mengajak anggota pengurus atau anggota biasa memberikan kontribusi sukarela guna mendukung kegiatan Forum Posdayanya.

“Semuanya harus dilakukan dalam bentuk musyawarah dan mufakat, “ingat Ny. Erlinda. Posdaya bukan anggota Yayasan Damandiri, tetapi yayasan memberikan dukungan moril dan kalau perlu dukungan dana untuk inisiasi suatu kegiatan. Kadang-kadang Yayasan menyalurkan dukungan dari lembaga atau instansi lain berupa dukungan alat-alat produksi atau alat lainnya dan tidak bersifat mengikat.

Dijelaskannya, Posdaya juga bukan anggota dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) suatu perguruan tinggi, tetapi lembaga LPPM memberikan dukungan dalam pembentukan, pembinaan dan pengisian Posdaya melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN) atau kegiatan lainnya. Posdaya juga bukan aparat pemerintah tetapi ada juga pemerintah kabupaten, kecamatan/ kota, bahkan nagari yang menempatkan Posdaya sebagai ujung tombak pembangunan di daerahnya.

Begitu juga Posdaya bukan kepanjangan tangan dari perbankan, tetapi ada juga Bank atau lembaga keuangan, mengangkat Posdaya sebagai agen untuk menampung tabungan atau menyalurkan kredit mikro kepada masyarakat di daerahnya. Posdaya sering berkembang menjadi forum koordinasi, advokasi, komunikasi dan informasi pembangunan keluarga di suatu wilayah tertentu.

Terkadang berkembang menjadi Forum Pemberdayaan Keluarga yang diselenggarakan anggotanya berupa perhatian, kepedulian dan berbagi diantara sesama anggota Posdaya. Kalau anggotanya bertambah besar, biasanya dibagi lagi menjadi Posdaya dalam unit yang lebih kecil, misalnya; kalau keanggotaan menjadi terlalu besar dipisah lagi menjadi Posdaya Jorong dan seterusnya.

Posdaya bisa juga dibentuk berbasis lembaga sosial seperti; berbasis Masjid, UPPKS, Kelompok Akseptor KB, Kelompok Arisan Ibu-ibu di nagari, atau Kelompok PKK. Pembentukan Posdaya berbasis suatu organisasi sosial kemasyarakatan tidak melebur atau menghilangkan organisasi aslinya karena Posdaya, Forum Silaturahmi semata.

Posdaya bisa juga dibentuk dari beberapa keluarga yang sepakat membentuk Posdaya di RT, RW, jorong atau di nagari. Posdaya bisa dibentuk oleh perorangan yang peduli dan ingin berbagi sesama anggota keluarga lain. Posdaya bisa beranggotakan keluarga pendirinya, tetapi diharapkan diperluas kepada keluarga pra sejahtera, keluarga sejahtera I sampai keluarga sejahtera III dan keluarga sejahtera III Plus.

Tujuannya, agar setiap keluarga itu membangun budaya gotong-royong dan saling peduli sesamanya. Apabila dimulai dari suatu lembaga atau berbasis lembaga, maka Posdaya perlu memperluas isian programnya dengan menambahkan kepada program yang telah digeluti sebelumnya.

Karena program dan kegiatan Posdaya adalah; pemberdayaan seluruh fungsi keluarga, yaitu; keagamaan, kebudayaan, cinta kasih, perlindungan, kesehatan dan KB, pendidikan, wirausaha dan lingkungan. Maka kalau Posdaya itu dibentuk oleh lembaga yang mendahulukan lingkungan, kepada Posdaya yang dibentuk itu harus ditambahkan kegiatan lain yang belum termasuk di dalamnya.

Pada Target Milenium Development Goals (MDGs) diutamakan tiga sasaran Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI). Indeks IPM itu, kata Ny. Erlinda Syamsu Rahim diukur berdasarkan indikator PBB dan berlaku untuk seluruh dunia. Hasil pemberdayaan menuju IPM tersebut diumumkan setiap tahun oleh PBB dan menempatkan Negara-negara di dunia dalam urutan yang mencerminkan kemajuan suatu Negara.

Ukuran IPM adalah; usia harapan hidup yang panjang, tingkat pendidikan yang diukur lamanya sekolah, dan tingkat kemampuan ekonomi, diukur dari kemampuan daya beli setiap penduduk. Karena ukuran dan indikatornya adalah ukuran global, maka bupati tidak bisa menempatkan ukuran itu pada kehendak masing-masing, tetapi Lembaga Statistik Independen yang diverifikasi PBB.

“Semua ukuran indikator yang dipergunakan berbasis manusia, artinya; usia harapan hidup adalah ukuran kesehatan seseorang, bukan karena Kab. Solok ada Rumah Sakit bertaraf Internasional atau lainnya. Ukuran pendidikan, ukuran seseorang lamanya sekolah secara formal dalam tahun. Tidak diukur pandai atau tidak pandai, juga tidak diukur apakah si anak sekolah di sekolah negeri atau swasta, atau di sekolah bertaraf Internasional atau sekedar sekolah di nagarinya, “jelas Ny. Erlinda Syamsu Rahim.
Jadi prinsipnya, kata Erlinda Syamsu Rahim, setiap keluarga harus menyekolahkan setiap anak, diukur dari lamanya sekolah. Ukuran daya beli harus diikuti sebanyak mungkin penduduk, bukan karena ada sepuluh persen kaya dan punya rumah mewah serta tabungan melimpah.

“Apabila sudah mahir dengan ukuran IPM, maka dikembangkan menjadi delapan sasaran MDGs. Target MDGs lebih rinci lagi, karena ditambahkan berupa sasaran kesetaraan gender, penurunan kematian ibu hamil dan melahirkan, penurunan kematian bayi dan anak, penanganan penyakit menular dan HIV/AIDS serta kerjasama internasional, “ujarnya.

Sebutnya, suatu Posdaya dianggap berhasil kalau Keluarga Sejahtera II, III dan III Plus menganut Pola Hidup Gotong Royong dan Peduli Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I. Mau berlatih keterampilan, mau bekerja cerdas dan keras, menganut Pola Hidup Bersih, Sehat dan Ikut KB. Menyekolahkan anak-anaknya yang berusia sekolah, membuat Kebun Bergizi di halaman rumah masing-masing, bersedia menabung dan mempergunakan pinjaman untuk membangun ekonomi keluarganya.
“Proses pengembangan keluarga untuk mencapai target-target itu, melalui Posdaya dianjurkan pemberdayaan keluarga agar setiap keluarga dapat memberikan dukungan terhadap pengembangan SDM dalam lingkungannya. Artinya, dapat menjamin setiap anggota keluarga selalu sehat, sekolah dan akhirnya menjadi SDM yang bekerja, handal atau membuka usaha, menghasilkan kemampuan daya beli yang memadai, “jelas Ny. Erlinda.

Lanjutnya, dalam perkembanganya beberapa kegiatan Posdaya, dijadikan tempat OST kab/ kota, antar kecamatan bahkan antar kelompok Posdaya. Semenjak adanya Forum Posdaya telah datang melakukan OST sebanyak 11 kab/ kota. Pelayanan yang dilakukan Posdaya dengan pola ”Tersenyum” yaitu: “Terbaik, Sejahtera dan Nyaman untuk Masyarakat”.

Dalam kelompok Posdaya ini juga dikembangkan beberapa produk usaha seperti peternakan ikan, peternakan kelinci, peternakan unggas (itik lahan basah), peternakan kambing, kerajinan tangan berupa anyaman, dan sablon. Ada juga berupa produk makanan berupa rending, sate kelinci dan makanan ringan lainnya dari Ubi Ungu.

Bantuan modal usaha dari lembaga keuangan bagi keluarga kurang mampu agar bisa keluar dari kemiskinan dan ketertinggalan. Semua ini sudah dimanfaatkan oleh pemerintahan daerah sebagai souvenir bagi tamu yang datang ke Kabupaten Solok.
(***)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar